Rabu, 11 Januari 2012

PERTENTANGAN-PERTENTANGAN SOSIAL DAN INTEGRASI MASYARAKAT

Sering kita temui keadaan dimasyarakat para anggotanya pada kondisi tertentu, diwarnai oleh adanya persamaan-persamaan dalam berbagai hal. Tetapi juga didapati perbedaan-perbedaan dan bahkan sering kita temui pertentangan-pertentangan. Sering diharapkan panas sampai petang tetapi kiranya hujan setengah hari, karena sebagus-bagus nya gading akan mengalami keretakan. Itulah sebabnya keadaan masyarakat dan Negara mengalami kegoyahan-kegoyahan yang terkadang keaaan tidak terkendali dan dari situlah terjadinya perpecahan.. Sudah tentu sebabnya, misalnya adanya pertentangan karena perbedaan keinginan.
Perbedaan kepentingan sebenarnya merupakan sifat naluriah disamping adanya persamaan kepentingan. Bila perbedaan kepentingan itu terjadi pada kelompok-kelompok tertentu, misalnya pada kelompok etnis, kelompok agama, kelompok ideology tertentu termasuk antara mayoritas dan minoritas.

1. Perbedaan Kepentingan Kepentingan merupakan dasar dari timbulnya tingkah laku dari individu.
Individu bertingkah laku karena adanya dorongan untuk memenuhi kepentingannya. Kepentingan ini bersifat esensial bagi kelangsungan kehidupan individu itu sendiri. Jika individu berhasil memenuhi kepentingannya, maka mereka akan merasa puas dan sebaliknya bila gagal akan menimbulkan masalah bagi diri sendiri maupun bagi lingkungannya. Individu yang berpegang pada prinsipnya saat bertingkah laku, maka kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh individu tersebut dalam masyarakat merupakan kepuasan pemenuhan dari kepentingan tersebut. Oleh karena itu, individu mengandung arti bahwa tidak ada dua orang yang sama persis dalam aspek-aspek pribadinya, baik jasmani maupun rohaninya. Dengan itu, maka akan muncul perbedaan kepentingan pada setiap individu, seperti:
1.Kepentingan individu untuk memperoleh kasih sayang.
2.Kepentingan individu untuk memperoleh harga diri.
3.Kepentingan individu untuk memperoleh penghargaan yang sama.
4.Kepentingan individu untuk memperoleh prestasi dan posisi.
5.Kepentingan individu untuk dibutuhkan orang lain.
6.Kepentingan individu untuk memperoleh kedudukan didalam kelomponya.
7.Kepentingan individu untuk memperoleh rasa aman dan perlindungan diri.
8.Kepentingan individu untuk memperoleh kemerdekaan diri.
Dalam hal diatas menunjukkan ketidakmampuan suatu ideologi mewujudkan idealisme yang akhirnya akan melahirkan suatu konflik. Hal mendasar yang dapat menimbulkan suatu konflik adalah jarak yang terlalu besar antara harapan dengan kenyataan pelaksanaan. Perbedaan kepentingan ini tidak secara langsung menyebabkan terjadinya konflik tetapi ada beberapa fase, yaitu Fase Disorganisasi dan Fase

2. Prasangka, Diskriminasi, dan Ethnosentrisme
a. Prasangka dan diskriminasi Prasangka dan Diskriminasi dapat merugikan pertumbuh-kembangan dan bahkan integrasi masyarakat. Prasangka mempunyai dasar pribadi, dimana setiap orang memilikinya. Melalui proses belajar dan semakin dewasanya manusia, membuat sikap cenderung membeda-bedakan dan sikap tersebut menjurus kepada prasangka. Apabila individu mempunyai prasangka dan biasanya bersifat diskriminatif terhadap ras yang diprasangka. Jika prasangka disertai dengan agresivitas dan rasa permusuhan, biasanya orang yang bersangkutan mencoba mendiskiminasikan pihak-pihak lain yang belum tentu salah, dan akhirnya dibarengi dengan sifat Justifikasi diri, yaitu pembenaran diri terhadap semua tingkah laku diri.
b. Perbedaan Prasangka dan diskriminasi Perbedaan Prasangka dan Diskriminasi, prasangka adalah sifat negative terhadap sesuatu. Dalam kondisi prasangka untuk menggapai akumulasi materi tertentu atau untuk status sosial bagi suatu individu atau suatu. Seorang yang berprasangka rasial biasanya bertindak diskriminasi terhadap rasa yang diprasangka.
c. Sebab-sebab timbulnya Prasangka dan Diskriminatif
1. Latar belakang sejarah. Misalnya : bangsa kita masih menganggap bangsa Belanda adalah bangsa penjajah.Ini dilatarbelakangi karena pada masa lampau Bangsa Belanda menjajah Indonesia selama kurang lebih 3,5 abad.
2. Dilatar belakangi oleh perkembangan sosio-kultural dan situasional Apabila prasangka bisa berkembang lebih jauh sebagai akibat adanya jurang pemisah antara kelompok orang kaya dengan orang miskin.
3. Bersumber dari faktor kepribadian Bersifat prasangka merupakan gambaran sifat seseorang. Tipe authorian personality adalah sebagian ciri kepribadian seseorang yang penuh prasangka, dengan ciri-ciri bersifat konservatif dan tertutup.
4. Perbedaan keyakinan, kepercayaan, dan agama. Banyak sekali konflik yang ditimbulkan karean agama. Seperti yang kita alami sekarang diseluruh penjuru dunia.
d. Usaha mengurangi/menghilangkan prasangka dan diskriminasi Dapat dilakukan dengan perbaikan kondisi sosial dan ekonomi, pemerataan pembangunan, dan usaha peningkatan pendapatan bagi WNI yang masih di bawah garis kemiskinan. Perluasan kesempatan belajar. Sikap terbuka dan lapang harus selalu kita sadari.
e. Ethnosentrisme Yaitu anggapan suatu bangsa/ras yang cenderung menganggap kebudayaan mereka sebagai suatu yang prima, riil, logis, sesuai dengan kodrat alam dan beranggapan bahwa bangsa/ras lain kurang baik dimata mereka. Ethnosentrisme merupakan gejala sosial yang universal.

3. Pertentangan-pertentangan sosial/ketegangan dalam masyarakat. * Mengandung pengertian tingkah laku yang lebih luas daripada yang biasa dibayangkan orang dengan mengartikannya sebagai pertentangan yang kasar atau perang. Mengandung tiga taraf :
1. Pada taraf yang terdapat didalam diri seseorang.
2. Pada taraf yang terdapat pada suatu kelompok
3. Pada taraf yang terdapat pada suatu masyarakat. Adapun cara pemecahan konflik tersebut adalah sebagai berikut :
- Elimination, yaitu pengunduran diri salah satu pihak yang terlibat dalam konflik.
- Subjunction atau Domination, yaitu pihak yang mempunyai kekuatan terbesar dapat memaksa pihak lain untuk mengalah dan menaatinya.
- Majority rule, yaitu suara terbanyak yang ditentukan dengan voting.
- Minority consent, artinya kelompok mayoritas yang menang.
- Compromise, artinya semua subkelompok yang terlibat dalam konflik berusaha mencari dan mendapatkan jalan tengah.
- Integration artinya pendapat-pendapat yang bertentangan didiskusikan, dipertimbangan, dan ditelaah.
4. Golongan-golongan Yang Berbeda dan Integrasi Sosial a. Masyarakat Majemuk dan National Indonesia terdiri dari : Masyarakat Indonesia digolongkan sebagai masyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan golongan sosial yang dipersatukan oleh kesatuan nasional yang berwujudkan Negara Indonesia. Aspek-aspek dari kemasyarakatan :
1.Suku bangsa dan kebudayaannya.
2. Agama
3. Bahasa
4. Nasional Indonesia. b. Integritas variabel-variabel yang dapat menghamabat dalam integritas adalah : 1. Klaim/tuntutan penguasaan atas wilayah-wilayah yang dianggap sebagai miliknya 2. Isu asli tidak asli, berkaitan dengan perbedaan kehidupan ekonomi. 3. Agama, sentimen agama dapat digerakkan untuk mempertajam perbedaan kesukuan 4. Prasangka yang merupakan sikap permusuhan terhadap seseorang anggota golongan c. Integrasi Sosial Integrasi Sosial adalah merupakan proses penyesuaian unsur-unsur yang berbeda dalam masyarakat menjadi satu kesatuan. Unsur yang berbeda tersebut meliputi perbedaan kedudukan sosial,ras, etnik, agama, bahasa, nilai, dan norma. Syarat terjadinya integrasi sosial antara lain: d. Integrasi Nasional merupakan masalah yang dialami semua negara didunia, yang berbeda adalah bentuk permasalahan yang dihadapinya. 1. Di bawah ini beberapa permasalahan integrasi nasional : – Perbedaan Ideologi – Kondisi masyarakat yang majemuk – Masalah teritorial daerah yang berjarak cukup jauh – Pertumbuhan partai politik 2. Upaya Pendekatan – Mempertebal keyakinan seluruh warga negara terhadap ideologi nasional – Membuka isolasi antar berbagai kelompok etnis. – Menggali kebudayaan daerah untuk menjadi kebudayaan nasional – Membentuk jaringan asimilasi bagi berbagai kelompok etnis pribumi.

http://wasnudin.blogdetik.com/2010/11/26/pertentangan-sosial-dan-integrasi-masyarakat/ 
http://putrasetiawan26.wordpress.com/2011/12/04/pertentangan-sosial-dan-integrasi-masyarakat/ 

Kamis, 27 Oktober 2011

Kekerasan Dalam Keluarga


Kita mungkin sudah tidak asing lagi terhadap kekerasan dalam keluarga atau lebih sering disebut kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).  Dimana peristiwa ini kerap sekali terjadi dikalangan masyarakat.  Fenomena ini semakin lama semakin meningkat, ditunjukan dengan seringnya kita melihat korban dari fenomena tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung (lewat media).

Kekerasan dalam keluarga banyak ragamnya, dari mulai kekerasan fisik, sampai kekerasan yang menyerang mental, contoh pelecehan atau penghinaan.  Korban utama dalam kejadian ini biasanya menyerang anak anak atau para istri (wanita), namun tidak sedikit juga yang menyerang para suami (pria). Dalam catatan LBH Apik pada tahun 2001 tercatat dari 469 kasus yang ditanganinya, kasus kekerasan dalam rumah tangga atau KDRT mendominasi dari seluruh kasus sebanyak 302 kasus. Dan dalam periode satu semester hingga bulan Juni 2002 ini dari sebanyak 204 kasus yang diadukan langsung kekantor LBH Apik sebanyak 90 kejadian merupakan kasus kekerasan dalam rumah tangga. Sedangkan kasus yang berkonsultasi melalui telepon sedikitnya 57 kasus kekerasan dalam rumah tangga ditangani LBH Apik dari 104 kasus. Seorang suami di Pekalongan di Jawa Tengah, Dilaporkan kalap hingga tega memukuli istrinya sendiri dengan tangan kosong tepat di bagian tengkorak belakang sang istri, mengakibatkan sang istri tewas. Ironisnya perlakuan kasar sang suami terjadi di depan anak perempuannya yang baru berusia 9 tahun.

Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kekeraasan dalam keluarga adalah
Pertama, keteladanan perilaku orang tua yang kurang dalam hal sifat yang bijak, santun, kasih sayang dan setia pada isteri atau suami serta sesama anggota keluarga. Bahkan seringkali kita dengar terjadinya kenakalan orang tua.
Kedua, kepemimpinan otoriter : orang tua dalam mengasuh anak dan membimbing isteri dengan cara memaksakan kehendaknya sendiri tanpa mempertimbangkan kedaulatan isteri dan anak untuk berpendapat.
Ketiga, rendahnya dalam pemahaman fungsi masing-masing anggota keluarga antara lain karena rendahnya faktor silaturahim dan  pendidikan sehingga sering terjadi konflik.
Keempat, unsur keegoan sehingga sering muncul sifat ingin menang dan benar sendiri yang lebih dominan ketimbang saling pengertian. Disini bisa jadi wibawa orang tua menjadi lemah karena tidak mampu menjadi panutan atau penengah.
Kelima, rendahnya interaksi;  kesibukan masing-masing anggota keluarga di luar rumah yang begitu tinggi menyebabkan kesempatan untuk berinteraksi positif akan semakin rendah.
Tindakan kekerasan dalam keluarga sudah tidak dapat ditolerir lagi, karena memiliki banyak dampak negatih, akibat yang paling fatal adalah meninggal dunia. Namun dampak halus yang dapat berakibat fatal adalah rusaknya dapat rusaknya mental atau jiwa seorang anak yang menjadi korban ataupun saksi dalam kekerasan sehingga mengakibatkan pertumbuhan psikis anak tersebut menjadi tidak normal.

Oleh karena itu anda sebagai individu, sebaga pasangan hidup (bagi yang sudah menikah), atau sebagai orang tua (bagi yang sudah mempunyai anak) harus sadar akan akibat yang akan timbul dari fenomena tersebut, karena tidak ada yang bisa menghentikan fenomena tersebut selain diri kita sendiri. Melatih kesabaran dan pengendalian diri bisa menjauhkan kita dari fenomena tersebut. Namun, peningkatan iman akidah dan akhlak adalah salah satu hal terbesar yang dapat membuat kita terhindar dari fenomena kekerasan dalam keluarga.

 

Kamis, 13 Oktober 2011

Dampak Negatif Westernisasi

Dalam kehidupan sehari hari, kita tidak terlepas dari kebudayaan. Banyak para ahli yang mendefinisikan arti dari kebudayaan, namun secara garis besar dapat kita tarik kesimpulan sederhana bahwa kebudayaan adalah sesuatu pola pikir manusia yang teraplikasi dalam kehidupan sehari hari sehingga menjadi suatu kebiasaan tetap.
Kebudayaan dalam hidup manusia sehari hari dapat berubah akibat adanya percampuran dari kebudayaan lain. Faktor terbesar dalam perubahaan budaya saat ini yang paling terkenal adalah adanya modernisasi dan globalisasi. Adanya modernisasi dan globalisasi dalam budaya menyebabkan pergeseran nilai dan sikap masyarakat yang semua irasional menjadi rasional. Akibat dari modernisasi dan globalisasi memiliki 2 dampak, dampak positif dan dampak negatif. Namun dampak positif relatif lebih sedikit dari pada dampak negatifnya, dalam kesempatan kali ini kita akan membahas dampak negatif dari modernisasi dan globalisasi dikalangan remaja.
Dampak negatif dari modernisasi dan globalisasi dikalangan remaja yang paling besar adalah gaya hidup yang kebarat baratan (westernisasi) seperti hilangnya sikap hormat terhadap orang tua, pergaulan bebas dan lain lain. Diantara dampak negatif yang terjadi dikalangan remaja tersebut yang paling mendominasi adalah pergaulan bebas. Seperti yang kita ketahui, belakangan ini banyak sekali terjadi pemerkosaan dan hamil diluar nikah. Kepala Biro Operasi Polda Metro Jaya Kombes Sujarno mengatakan hingga pertengahan September 2011 saja telah terjadi 40 kasus pemerkosaan di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Sedangkan Kantor Kementrian Agama (Kemenag) kabupaten Klaten mencatat tiap bulan jumlah kasus remaja yang hamil sebelum menikah mencapai puluhan pasangan. Ini membuktikan bahwa dampak negatif dari modernisasi dan globalisasi dalam hal westernisasi berpengaruh besar akan rusaknya moral para remaja di Indonesia.
Dampak westernisasi tersebut dapat diminimalisir atau bahkan dihilangkan dengan cara para orang tua mengontrol kehidupan pergaulan dan pola hidup anak remajanya. Kontrol orang tua terhadap anak remajanya bepengaruh besar untuk meminimalisir atau menghilangkan dampak negatif tersebut.

(sumber :http://www.anneahira.com/budaya-remaja.htm
              http://afand.abatasa.com/post/detail/2761/dampak-positif-dan-dampak-negatif--globalisasi-dan-modernisasi
              http://metropolitan.inilah.com/read/detail/1774867/waspada-perkosaan-berpotensi-terjadi-lagi
              http://rdsfmsolo.com/blog/2011/04/angka-hamil-di-luar-nikah-makin-tinggi-di-klaten/

Rabu, 12 Oktober 2011

Pertumbuhan Penduduk


Hal terpenting di dalam kependudukan Indonesia yang menimbulkan masalah utama di dalam pembangunan adalah tingginya tingkat pertumbuhan penduduk di Indonesia
Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk tersebut disebabkan tingginya tingkat kelahiran dibanding tingkat kematian yang semakin menurun di lain pihak. Perkiraan tingkat ke­lahiran kasar yang dibuat untuk penduduk di Indonesia tidak pernah kurang dari 40 per seribu, bahkan ada yang mengira bahwa pada dewasa ini setinggi 49 per seribu. Namun rata – rata para  ahli dan sarjana di bidang demografi lebih cenderung pada perkiraan di sekitar 44 per seribu. Faktor kesuburan ini merupakan masalah yang sangat kritis dalam usaha untuk menangani masalah kependudukan di Indo­nesia.
Faktor terbesar yang mengakibatkan pesatnya pertumbuhan penduduk di Indonesia adalah gagalnya pemerintah dalam mencanangkan program KB (Keluarga Berencana).
Sekalipun tingkat kematian kasar yang diperkirakan di sekitar 20 per seribu dewasa ini masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara lain, namun dapat dika­takan bahwa sejak awal abad ini tingkat kematian secara berangsur-angsur telah menunjukkan gejala menurun. Jika ditinjau secara bersamaan dengan tingkat kelahiran yang  hampir tidak berubah polanya dan tingkatnya hingga dewasa ini, oleh karena itu turunnya tingkat kematian membuat semakin tingginya tingkat pertumbuhan penduduk.


(sumber :
www.bappenas.go.id/get-file-server/node/5744/)